Dasar Teologis Blog TandeAllo 766
Blog TandeAllo 766 lahir bukan hanya dari dorongan sosial dan budaya,
tetapi juga dari keyakinan teologis bahwa setiap tempat, suara, dan pengalaman
manusia, termasuk dari pinggiran, adalah bagian dari kisah Allah yang sedang
bekerja di dunia.

Allah Hadir di Pinggiran
Dalam Alkitab, Allah sering kali menyingkapkan kemuliaan-Nya bukan di
istana, tetapi di padang gurun; bukan di pusat kekuasaan, melainkan di
palungan. Lakahang, dengan segala kesunyian dan kesederhanaannya, adalah tempat
di mana jejak Allah dapat dikenali.
“Dan Firman itu telah
menjadi manusia, dan diam di antara kita...” (Yohanes 1:14)

Kristus datang bukan hanya untuk kota-kota besar, tetapi juga bagi desa,
ladang, dan lembah-lembah bambu yang mungkin tak dikenal peta. Blog ini adalah
bentuk partisipasi iman dalam memperdengarkan inkarnasi Tuhan dalam kehidupan
lokal.
Menulis sebagai Tindakan Iman
Allah memerintahkan Nabi
Habakuk untuk menuliskan penglihatan, agar siapa pun yang melintasinya dapat
membaca dan mengerti kehendak-Nya.
“Tuliskanlah penglihatan
itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat
membacanya.” (Habakuk 2:2)

Blog ini adalah bentuk ketaatan akan panggilan itu: menulis sebagai bentuk
kesaksian iman, agar dunia mengenal bahwa di tempat-tempat seperti Lakahang
pun, Tuhan sedang bekerja melalui sejarah, manusia, dan alam.
Iman yang Mencintai Tanah dan Budaya
Gereja dipanggil bukan
hanya untuk berkhotbah di dalam tembok, tetapi juga mewartakan kasih Allah
melalui keberpihakan pada tanah, budaya, dan kehidupan sehari-hari. Seperti
Paulus di Areopagus (Kis. 17), blog ini berusaha menghubungkan narasi lokal
dengan narasi ilahi.
“Sebab di dalam Dia kita
hidup, kita bergerak, kita ada...” (Kisah Para Rasul 17:28)

Melalui cerita tentang bambu, petani, kabut pagi, dan suara letusan dari ladang, blog ini menjadi alat untuk menafsirkan kehadiran Allah dalam konteks budaya Mamasa.
Teologi dari Bawah, Teologi yang Mendengar
TandeAllo 766 mengusung
semangat teologi kontekstual dan naratif, yakni teologi yang mendengarkan
dahulu sebelum bicara, dan yang membiarkan cerita manusia menjadi ruang bagi
Allah berbicara. Blog ini percaya bahwa suara dari pinggiran bukan sekadar
suara tambahan, tetapi bagian dari kesaksian Gereja universal, bagian dari
tubuh Kristus yang satu. Ketika satu bagian tubuh bersuara, seluruh tubuh mesti
mendengarkan (1 Kor. 12:26).

Penutup Teologis
Blog ini bukan mimbar
gereja, tapi perpanjangan dari spiritualitas pelayanan, tempat di mana iman
diterjemahkan dalam tulisan, budaya dibaca dengan mata kasih, dan kehidupan
lokal dihargai sebagai cermin karya Allah.
0 Comments