Jumat Bersih: Jejak Langkah di Poros Lakahang–Mamasa

Pagi ini, Jumat 22 Agustus 2025, seperti biasa kami berkumpul di rumah salah seorang hamba Tuhan dari persekutuan. Waktu yang ditetapkan selalu pukul 05.30 WITA, namun kali ini kami sedikit terlambat. Jam menunjukkan 05.38 ketika kami tiba. Rupanya teman-teman sudah berangkat lebih dulu. Kami pun bergegas, berjalan cepat bahkan setengah berlari, mengejar mereka. Syukur, sekitar 1 km dari titik awal, akhirnya kami bisa bergabung kembali.
Keterlambatan kecil ini justru menyadarkan kami: pelayanan sederhana pun butuh disiplin dan kesungguhan. Seperti halnya dalam hidup beriman, keterlambatan bisa membuat kita kehilangan banyak kesempatan untuk melayani. Namun syukur kepada Tuhan, Ia selalu memberi ruang untuk mengejar ketertinggalan.
Langkah Kecil, Dampak Besar

Kegiatan Jumat Bersih kali ini tetap berlangsung penuh semangat. Bersama tujuh orang yang hadir, kami menyusuri jalan poros Lakahang–Mamasa. Perjalanan dimulai dari wilayah Salulossa, Kelurahan Lakahang, hingga kantor kecamatan, kurang lebih sepanjang 1,5 km. Sepanjang jalan, kami memungut sampah plastik, kertas, dan sisa-sisa lain yang berserakan, lalu mengumpulkannya untuk kemudian dibakar di beberapa titik.
Olahraga Pagi dan Spiritualitas
Tidak hanya soal kebersihan, kegiatan ini ternyata sekaligus menjadi olahraga pagi bagi kami. Dengan berjalan kaki, tubuh terasa lebih segar, pernapasan lebih lega, dan semangat hari itu lebih terjaga. Rupanya, pelayanan kecil ini menyatukan dua hal: kesehatan jasmani dan kepedulian sosial.
“Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.”
— 1 Timotius 4:8
Sosial, Masyarakat, dan Refleksi Iman
Bagi masyarakat di pedalaman seperti Lakahang, kegiatan kecil seperti ini sesungguhnya mencerminkan nilai-nilai rohani yang dalam. Kebersihan bukan hanya soal fisik, tetapi juga tanda bahwa kita peduli pada ciptaan Tuhan. Jalan poros yang bersih menjadi cermin wajah masyarakat, dan bagi kami yang tinggal di Tabulahan–Lakahang, ini adalah bagian dari kesaksian iman: bahwa iman tak hanya diucapkan di gereja, tetapi juga diwujudkan lewat tindakan nyata di tengah masyarakat.
Hari ini kami belajar, bahwa meski jumlah yang hadir tidak lengkap, makna pelayanan tidak berkurang. Bahkan dengan tujuh orang saja, Tuhan tetap memakai langkah kecil kami untuk meninggalkan jejak kebaikan.
Galeri Dokumentasi







Video Dokumentasi
Lihat juga dokumentasi video kegiatan ini di Google Drive:
0 Comments