Kasih Karunia di Tengah Sepinya Persekutuan
Seperti biasanya setiap Sabtu malam, kami—Persekutuan Ministri Tatondong—mengadakan ibadah malam di Kelurahan Lakahang, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa. Namun, sudah tiga minggu terakhir ini jumlah kehadiran sangat minim. Mungkin karena beberapa rekan sedang memiliki kesibukan atau agenda pribadi, sehingga tidak dapat ambil bagian dalam persekutuan ini.
Firman Tuhan malam ini diambil dari Efesus 2:8-9 — "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." Di balik keheningan ruangan, ayat ini bersuara begitu kuat: kita hidup bukan karena kekuatan kita, tetapi karena anugerah-Nya semata.
Kondisi sosial masyarakat Mamasa, khususnya di Tabulahan dan Lakahang, membentuk cara kami memahami kasih karunia itu. Hidup di pedalaman mengajarkan kami tentang ketergantungan penuh kepada Tuhan—saat akses pendidikan terbatas, sinyal susah, dan fasilitas minim, justru di situlah kepekaan spiritual dibangun.
Sebagian besar generasi muda kami adalah pelajar dan mahasiswa yang berjuang keras di tengah kondisi desa yang serba terbatas. Perjuangan menuntut ilmu bukan hanya soal akademik, tetapi juga spiritual: mempertahankan nilai iman di tengah tantangan zaman.
Kami percaya, meskipun jumlah yang hadir sedikit, kehadiran Tuhan tetap nyata. Persekutuan yang kecil tidak berarti kasih karunia juga kecil. Justru dari sepinya persekutuan malam ini, kami belajar bahwa kasih karunia Allah tidak tergantung banyaknya orang, tetapi pada kesetiaan hati.
Dokumentasi Video
Berikut ini beberapa dokumentasi video kegiatan kami:
Semoga catatan kecil ini menjadi pengingat bahwa kasih karunia itu tetap bekerja—bahkan ketika hanya dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya. Tuhan hadir di tengah-tengah kita, dan kasih karunia-Nya tetap cukup, bahkan di malam paling sunyi sekalipun.
0 Comments