
Dari Dapur ke Jackpot:
Kisah Pak Xaxo dan Candu Judi Online di Pedalaman Tabulahan
Ketika Jackpot Tiba di Kampung
Di suatu sudut Kecamatan
Tabulahan, Mamasa, hidup seorang pria muda bernama Pak Xaxo (nama samaran).
Usianya belum menyentuh kepala empat. Ia bekerja sebagai operator komputer di
salah satu sekolah dasar, seorang honorer yang sabar dan telaten. Ia suami dari
seorang istri, dan ayah dari satu anak kecil. Dari luar, tak ada yang tampak
mencurigakan. Hidupnya sederhana, sehari-hari berkutat dengan data dan laptop
sekolah. Tapi siapa sangka, di balik layar komputer itu, ada layar lain yang
lebih sering membuatnya terjaga malam-malam, layar permainan judi online.
Babak Awal: Dari Iklan ke Kemenangan
Kepada penulis, Pak Xaxo
mengaku awal mula ia kenal judi online adalah dari iklan di media sosial. Ia
tak sendiri. “Teman-teman saya juga main,” katanya dengan nada santai. Rasa
penasaran dan dorongan sosial akhirnya Pak Xaxo mencoba. Lalu, satu kemenangan
besar datang: jackpot mendekati angka 40 juta, menjelang akhir tahun lalu.
Sejak itu, nama Pak Xaxo viral di kampungnya. Bukan karena jasanya di sekolah,
tetapi karena keberuntungannya di dunia maya.
Kemenangan itu bukan
hanya merubah saldo e-walletnya, tapi juga mengubah persepsi warga desa tentang
judi online. Banyak yang kemudian ikut-ikutan, mencoba peruntungan dengan
harapan bisa seperti Pak Xaxo. “Dia bisa, kenapa saya tidak?” begitu kira-kira
logika yang muncul di warung-warung kopi.
Keseharian: Antara Laptop Sekolah dan Aplikasi Judi

Yang mengejutkan,
aktivitas judi itu tidak sampai mengganggu pekerjaannya di sekolah. Penulis
tidak melihat perubahan mencolok dalam cara ia bekerja. Ia tetap datang, tetap
menyelesaikan tugas sebagai operator sekolah. Namun, dalam ponselnya kini
terinstal dua aplikasi judi yang rutin dimainkan. Sekali top up, diatas 200 ribuan.
Kadang lebih, tergantung sisa uang dari belanja dapur.
Ketika ditanya soal itu,
Pak Xaxo tidak merasa bersalah. “Bukan uang untuk rumah tangga. Ini sisa-sisa
saja,” ujarnya. Bahkan ia sempat berujar seolah menjadi guru moral di tengah
candunya, “Jangan main kalau uang dapur yang dipakai. Kehancuran itu.”
Tapi sesungguhnya,
kalimat ini lebih menyerupai mekanisme pembenaran diri. Karena faktanya:
semakin hari, ia makin tenggelam.
Respon Keluarga dan Lingkungan: Antara Dukungan dan Ketidaktahuan
Yang mengejutkan,
keluarga besar bahkan seolah mendukung. Mertua dan istri tahu tentang hobinya
ini. Ketika menang, ia berbagi: memberi sedikit kepada keluarga, tetangga,
bahkan teman-teman. Tak heran jika warga sekitar cenderung “menghargai”
keahliannya. Beberapa bahkan mendatanginya untuk meminta tips dan trik.
Di tengah krisis ekonomi
desa dan keterbatasan lapangan kerja, Pak Xaxo menjadi semacam simbol “orang
biasa yang bisa kaya”. Tapi pertanyaan besarnya: dengan cara seperti itu, mau
dibawa ke mana kehidupan masyarakat desa?
Refleksi: Ketika Uang Menyentuh Iman
Mungkin tidak akan ada
yang secara terang-terangan menyalahkan Pak Xaxo. Ia tidak mencuri. Ia tidak
menyakiti orang. Tapi jika diamati lebih dalam, kecanduan judi ini bukan hanya
tentang uang. Ini soal jiwa yang sedang kehilangan arah.
Dalam Amsal 13:11
tertulis, “Harta yang diperoleh dengan cepat akan berkurang, tetapi siapa
mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.” Ini bukan sekadar nasihat
kuno, tetapi kebenaran abadi. Uang yang datang dari jalan cepat, cenderung
cepat pula habis, dan seringkali menyisakan kehampaan lebih dalam daripada
sebelumnya.
Yesus pernah berkata, “Apa
gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?”
(Markus 8:36). Pertanyaan itu kembali relevan. Apa arti kemenangan besar
bernilai jutaan, jika anak-anak tumbuh dengan keyakinan bahwa keberhasilan
instan lebih berharga daripada kerja keras dan ketekunan? Apa gunanya teknologi
canggih dan barang mewah, jika pada akhirnya hati terasa kosong dan
ketergantungan kian menggerogoti jiwa?
Akhir Kata: Untuk Mereka yang Sedang ‘Menang’

Cerita ini tidak ditulis
untuk menghakimi, tetapi untuk menjadi cermin bagi kita semua. Kita hidup di
tengah generasi muda pedalaman yang semakin tersambung ke dunia digital. Ketika
tidak ada pekerjaan tetap, ketika ekonomi desa mandek, ketika anak muda
kebingungan dengan masa depan, apa yang lebih mudah daripada mencoba
‘peruntungan cepat’?
Namun, mari kita bangun
kesadaran: bukan uang cepat yang menyelamatkan desa, tetapi nilai-nilai yang
ditanam sejak kecil, kerja keras, jujur, hidup takut akan Tuhan. Dan untuk para
istri, mertua, dan tetangga: jangan kita dukung dosa hanya karena hasilnya bisa
dibagi-bagi. Karena suatu hari, itu bisa berbalik merusak kita sendiri.
Untuk Pak Xaxo dan mereka yang mungkin sudah terjebak: ada harapan, ada jalan pulang. “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi tidak semuanya berguna...” (1 Korintus 6:12). Masih belum terlambat untuk melepaskan diri, dan menjadi teladan, bukan karena jackpot, tapi karena pertobatan yang sejati.
0 Comments