Ketika Tuhan Menyediakan Roti dan Air: Refleksi Ibadah Malam Tatondong Ministry
Seperti malam-malam Sabtu sebelumnya, kami kembali berkumpul dalam ibadah malam yang sederhana namun penuh makna. Persekutuan Tatondong Ministry tetap setia melangsungkan ibadah meski jumlah yang hadir tidak sebanyak biasanya. Beberapa teman mungkin berhalangan karena kegiatan lain atau urusan mendesak, namun hal itu tidak mengurangi semangat kami yang hadir untuk memuliakan Tuhan.

Malam itu, kehadiran memang tak penuh, tapi hati kami tetap lapang dan siap menerima sapaan Tuhan. Ibadah dilangsungkan dalam suasana teduh dan penuh ketenangan. Firman Tuhan malam itu diambil dari 1 Raja-Raja 19:1–8 , dibawakan oleh salah satu hamba Tuhan yang adalah anggota dari persekutuan ini. Sebuah perikop yang berbicara dalam ketenangan, tentang keletihan Elia, tentang pengungsinya, dan tentang bagaimana Allah menyediakan roti dan udara untuk memperkuatnya di tengah padang gurun.

Lalu malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: 'Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.'"
1 Raja-Raja 19:7
Firman itu terasa sangat relevan bagi kami malam itu. Sebab dalam kesibukan dan kelelahan hidup, terkadang kita pun seperti Elia, lelah, takut, bahkan ingin menyerah. Namun Tuhan tidak membiarkan Elia hancur. Ia datang bukan dengan petir atau gempa, tetapi dengan kelembutan: roti, udara, dan sentuhan kasih. Demikian pula dalam hidup kita. Tuhan tahu berusaha keras pada kita, dan Dia memberikan kekuatan rohani yang cukup, asal kita mau tetap setia datang kepada-Nya.
Setelah ibadah selesai, seperti sudah menjadi tradisi dalam kasih, kami tidak langsung pulang. Pemuda-pemudi persekutuan dengan penuh kasih menyediakan kue-kue sederhana, teh hangat, dan kopi yang mengepul. Duduk melingkar di meja kecil, kami saling berbagi cerita, tawa, dan sapaan hangat. Di tengah pentingnya hal itu, kami sungguh merasa, Tuhan menyediakan roti dan air untuk perjalanan rohani kami.


Malam itu kami pulang bukan dengan tangan penuh, tapi dengan hati yang diperkuat. Ibadah mungkin singkat, hadir mungkin sedikit, tetapi kasih dan kehadiran Tuhan begitu nyata. Di Tatondong Ministry, ibadah tidak diukur dari besar atau kecilnya persekutuan, tetapi dari kerinduan yang murni untuk mencari wajah-Nya.
Penutup:
Semoga setiap ibadah, sekecil apa pun bentuknya, menjadi tempat di mana Tuhan memberi kita kekuatan baru. Jangan menyerah dalam perjalanan iman, karena Tuhan selalu menyediakan roti dan air-Nya tepat pada waktunya.
0 Comments